Laporan Wartawan Tribunnews Yudie Thirzano, dari Brasil
TRIBUNNEWS.COM - Brasil tak beda dengan Indonesia. Itulah kesan yang akhirnya menjadi semacam kesimpulan ketika saya sudah berada dua minggu di negeri Samba ini.
Saya jadi teringat, ternyata Brasil dan Indonesia memang menjadi satu bagian dari negara dengan ekonomi yang termasuk melaju pesat atau bahasa kerennya, emerging country.
Dua negara ini memang termasuk dalam satu kelompok yang disebut kalangan dunia internasional sebagai BRIIC alias Brasil, Rusia, India, Indonesia dan Cina.
Kelompok ini dinilai sedang dan akan berperan penting dalam aneka ragam aktivitas' di dunia, termasuk di segmen ekonomi.
Sama-sama berstatus negara berkembang, membuat saya tak heran lagi dengan pemandangan sehari-hari, baik itu pergerakan manusia alias kaum urban yang menggunakan angkutan massal.
Kemudian juga seni kemacetan yang juga terjadi saban jam kerja, baik di pagi ataupun sore hari.
Jika saya lihat, dari beberapa kota yang saya singgahi mulai dari Sao Paulo, Rio De Janeiro sampai sekarang di Belo Horizonte, gerak nafas ekonomi juga sama dengan apa yang terjadi di Indonesia.
Satu yang juga menonjol adalah ketersediaan dan masih beroperasinya pasar tradisional. Sedikit beda dengan di Indonesia, di Brasil, terutama di kota Belo Horizonte.
Pasar rakyat ini justru mendapat nilai tambah, yakni sebagai satu di antara lokasi kunjungan wisata yang sangat nyaman bagi wisatawan mancanegara ataupun domestik.
Saya pun merasakan suasana istimewa tersebut saat berada di sebuah kawasan pasar di pusat kota Belo Horizonte. Berjalan di kota ni memang tak akan lengkap bila belum berkunjung ke Mercado Central. Inilah satu pasar tradisional terbesar di negara bagian Minas Gerais.
Selama Piala Dunia 2014, para turis dari berbagai negara berburu barang di Mercado Central. "Pasar ini memang layak dikunjungi turis karena terkenal dengan cendera mata khas Belo Horizonte. Anda harus ke sana," kata Vanessa, karyawati swasta dalam perjalanan menuju pusat kota, Kamis (26/6).
Menurut Vanessa, bagi warga setempat, Mercado Central menjadi tempat untuk berburu parfum dan tas untuk aktivitas warga sehari-hari. Sementara bagi turis, ada banyak pilihan cendera mata khas Brasil. "Anda bisa menuju Mercado Central dengan bus ini," kata Vanessa.
Benar kata Vanessa soal pasar yang sudah menjadi legenda di Belo Horizonte ini.
Pasar rakyat ini terletak di sisi timur Praca Raul Suarez, yang juga merupakan satu di antara taman di pusat kota Belo Horizonte. Dari taman kota ini hanya butuh 5-10 menit berjalan kaki.
Lokasi Mercado Central tepat di persimpangan Rua Santa Catarina dan Avenue Augusto de Lima. Dari sudut jalan ini sudah tampak tertulis di bangunan tua berwarna merah kecoklatan itu "Mercado Central Desde 1929".
Artinya pasar ini sudah ada sejak 1929. Bagi turis Indonesia, suasana di dalam pasar akan dirasa tak jauh berbeda dengan pasar besar tradisional di Indonesia.
Pada beberapa pedagang, turis juga boleh mencoba menawar. Masuk Mercado Central dari Rua Santa Catarina, turis akan disuguhi beragam makanan tradisional di sepanjang lorong.
Selanjutnya di bagian dalam di lantai satu, beragam kios menjual peralatan rumah tangga dan bahan makanan berjejer rapi.
Di sini umumnya turis lokal berburu barang kebutuhan rumah tangga. Sebut saja peralatan memasak macam wajan dan panci, pisau dapur yang dijual antara 10 BRL (Rp 50 ribu) hingga 100 BRL (Rp 500 ribu).
Ada juga bahan makanan olahan sehari-hari seperti aneka jenis keju dan sosis yang dijual dengan harga mulai 7 BRL (sekitar Rp 35 ribu) hingga 30 BRL (Rp 150 ribu).
Pasar ini memang menjual nyaris semua kebutuhan sehari-hari warga, selain cendera mata yang dijual di lantai dua. Cendera mata seperti gantungan kunci, pelekat di lemari es, tas hasil kerajinan tangan, hingga boneka khas Brasil bisa dengan mudah ditemui.
Namun pedagang alat musik pengiring Capoeira yang menjadi satu pembeda di pasar ini. Satau di antara gerai adalah Mestrebuda' yang dijaga Marcia. Di sini turis bisa berbelanja alat musik perkusi yang digunakan untuk mengiringi tarian Capoeira.
Misalnya Caxixi, yang mengeluarkan suara dari guncangan biji di dalam alat musik seukuran kepalan tangan, itu dijual sekitar 30 BRL.
Makin besar alat musik yang dijual, makin tinggi pula harganya. Misalnya Berimbau yang dijual 90 BRL, atau sekitar Rp 450 ribu. Berimbau merupakan alat musik berdawai yang umumnya dimainkan bersama Caxixi. Sehingga menghasilkan bunyi dawai senar seiring desisan biji-bijian atau pasir.
Bila caxixi mengeluarkan bunyi dengan cara diguncang, bunyi Berimbau dari pukulan tongkat kecil ke dawai Berimbau. Ada pula Atabagqul yang dijual 550 BRL atau sekitar Rp 2,7 juta.
Marcia menolak saat coba ditawar, namun bila ingin membeli beberapa alat musik, Marcia bersedia menurunkan harga. Beli sekaligus tiga atau empat jenis, nanti harganya beda," kata Marcia.
Di luar jenis itu, suasana pasar juga sama dengan apa yang ada di Indonesia. Sebut saja dengan keramaian transaksi yang kadang diselingi tawa ataupun muka cemberut bagi pedagang yang ditawar harga rendah.
Di sisi lain, ada juga penjaja makanan kecil yan
Baca Juga:
Hukuman untuk Suarez Berlebihan, Ini Kata FIFA
Brasil Ketakutan Lawan Chile
Alasan Arjen Robben Berbahaya Bagi Meksiko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar