TEMPO.CO, Punjab - Seorang gadis remaja Pakistan tewas setelah disiram bensin dan dibakar oleh seorang pria yang ingin menikahinya tapi lamarannya ditolak. Menurut polisi, kejadian ini adalah pembunuhan brutal kedua di provinsi Punjab dalam beberapa hari ini. Sebelumnya, seorang gadis 17 tahun dan suaminya dibunuh oleh sekelompok kerabat karena menikah tanpa restu.
Insiden terakhir terjadi hari Sabtu di sebuah desa yang merupakan bagian dari kota Toba Tek Singh. Sidra Shaukat (18) berada di rumah tanpa orang tuanya ketika Fayyaz Aslam (22) memasuki rumahnya, menyiramnya dengan bensin dan membakarnya.
"Dia dibawa ke rumah sakit setempat dan dirujuk ke rumah sakit utama tetapi dia meninggal dalam perjalanan," kata Mohammad Akram, pejabat kepolisian Punjab.
Aslam telah ditangkap dan kini meringkuk di penjara. "Anak itu mencintainya dan juga telah mengirimkan lamaran untuk menikahinya, tapi ditolak oleh keluarganya," kata Akram.
Ayah Sidra itu, Shaukat Ali, membenarkan pembunuhan dan menuduh Aslam melecehkan putrinya. "Pada sore hari sebelumnya dia datang dan mengancam kami. Saat itu kami melarangnya untuk datang lagi," katanya.
Sebelumnya, remaja lain, Maafia Bibi (17) dan suaminya, Muhammad Sajjad (31) dibunuh oleh ayah Bibi, dua pamannya, kakek, dan ibunya pada Kamis malam karena menikah tanpa restu.
Di beberapa wilayah di Pakistan, membunuh seorang wanita yang perilakunya dianggap tidak sopan dan tidak bisa diterima secara luas adalah hal biasa. Bernyanyi, melihat ke luar jendela, dan berbicara dengan seorang pria dianggap sebagai perilaku yang tidak sopan bagi wanita Pakistan dan telah memicu pembunuhan.
Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan mencatat, pada tahun lalu, ada 869 pembunuhan yang terjadi karena alasan kehormatan. Namun, kenyataannya, angka ini masih bisa lebih tinggi, sebab banyak kasus yang tidak dilaporkan.
AP | INDAH P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar