TEMPO.CO, Jakarta - Negara Islam di Irak dan Levant (ISIL) atau yang juga dikenal sebagai Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) telah tumbuh menjadi salah satu militan terkuat di wilayah tersebut. Untuk mendukung kegiatan pemberontakan mereka, ISIL dikabarkan memiliki kekayaan yang fantastis.
Mengutip laporan Profesor Peter Neumann dari King College London, BBC menyebutkan, kekayaan ISIL kini mencapai US$ 2 miliar setelah menguasai kota Mosul. Sebelumnya ISIL hanya memiliki aset sebesar US$ 900. Di kota ini, ISIL ini dilaporkan mengambil ratusan juta dolar dari Bank Sentral Irak cabang Mosul.
Kekayaan ISIL yang tak sedikit ini diperoleh dari sejumlah sumbangan dari orang-orang kaya di negara Teluk Arab, terutama Kuwait dan Arab Saudi. Kedua negara ini memang mendukung perang melawan Presiden Bashar al-Assad.
Tak hanya mengandalkan sumbangan, ISIL juga meperoleh pendapatan dari ladang minyak yang dikendalikan di timur Suriah dan utara Irak. Belum lagi kekayaan dari penjualan barang antik yang dijarah dari situs sejarah. (Baca:Ini Alasan Milisi Dinamai ISIS atau ISIL)
Tidak seperti kelompok pemberontak lain di Suriah, ISIL terlihat berjuang untuk menciptakan sebuah negara Islam di sepanjang Irak dan Suriah dengan mengklaim sejumlah keberhasilan militer yang cukup besar.
Keberhasilan besar diraih saat mereka menaklukkan kota Mosul pada Juni lalu yang mengirimkan gelombang kejut ke seluruh dunia. Amerika Serikat bahkan menyebut jatuhnya Mosul sebagai ancaman bagi seluruh wilayah Irak, sebab dengan menguasai Mosul, ISIL meraup kekayaan yang fantastis.
Peter Neumann percaya dengan menguasai Mosul, ISIL yang sebelumnya memiliki aset sebesar US$ 900 juta kini bertambah kaya dengan aset hingga US$ 2 miliar. Kelompok ini dilaporkan mengambil ratusan juta dolar dari Bank Sentral Irak cabang Mosul. (Baca:Jihadis Muda Lebih Tertarik ISIS Daripada Al-Qaeda)
Sebelumnya, pada Maret 2013, kota Raqqa menjadi ibu kota provinsi pertama yang jatuh di bawah kendali mereka. Selanjutnya, pada Januari 2014, ISIL berhasil menguasai kota Fallujah, di Provinsi Anbar, yang didominasi oleh kaum Sunni. Tak sampai di situ, mereka juga berhasil menguasai sebagian besar Ramadi dan muncul di sejumlah kota yang berdekatan dengan perbatasan Turki dan Suriah.
ANINGTIAS JATMIKA | BBC
Berita lainnya:
Buruh Prabowo Tagih Tunggakan 6 Bulan Gaji
Polisi Galau Tentukan Pelanggaran Obor Rakyat
Bos Adhi Karya Akui Alirkan Dana ke Anas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar