TEMPO.CO, Seoul – Sejumlah kelalaian kapten dan awak kapal feri Sewol yang tenggelam di perairan selatan Korea Selatan mulai terungkap. Menurut sebuah laporan yang dikutip dari Daily Mail, disebutkan bahwa penumpang tidak segera diselamatkan begitu kapal mulai mengalami kecelakaan.
Sejumlah saksi menuturkan, ratusan orang, termasuk anak-anak sekolah diperintahkan untuk tetap tinggal di kapal. Tidak ada perintah evakuasi meski sang kapten kapal, Lee Joon-seok, meminta para penumpang untuk memakai pelampung. (Baca: Kapten Feri Korsel Orang Pertama Tinggalkan Kapal)
Sekitar 30 menit kemudian, barulah awak kapal menyebutkan sebuah daftar yang berisi nama-nama penumpang yang akan dievakuasi terlebih dahulu. Namun, upaya penyelamatan menjadi lebih sulit lantaran kapal sudah semakin miring.
»Penyelamatan itu tidak dilakukan dengan baik. Sebenarnya kami memakai jaket dan memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri," kata Koo Bon-hee, salah satu penumpang yang selamat. Namun menurutnya, awak kapal begitu lambat dan membuang-buang waktu. (Baca: Hanya 1 dari 46 Sekoci yang Digunakan Feri Korsel)
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan lambatnya proses penyelamatan. Para penumpang hanya bisa mengira-ngira. Mungkin kapten kapal tidak ingin melanggar prosedur apapun atau mungkin sang kapten merasa mampu untuk mengendalikan kapal sehingga tidak diperlukan penyelamatan.
Hingga Jumat, 18 April 2014 pagi, jumlah korban tewas akibat terbaliknya kapal feri di perairan Korea Selatan ini mencapai angka 25 orang. Kapal ini tenggelam di perairan Pulau Jindo pada Rabu, 16 April 2014, sekitar pukul 11.30 waktu setempat saat dalam perjalanan dari Incheon menuju Pulau Jeju.
ANINGTIAS JATMIKA | DAILY MAIL
Terpopuler
Pesawat MH370 Diyakini Masih Utuh di Dasar Laut
Masuk Perairan Indonesia, Australia Pecat Perwira
Korban Feri Korea Selatan Sempat SMS Ibunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar