Laporan Koresponden Tribunnews.com di Tokyo, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Karakter orang Jepang memang menomorsatukan (jiwa) manusia. Tak peduli dia musuh atau bukan. Hal ini baru terungkap setelah buku karya Sam Falle, mantan komandan kapal laut Inggris tahun 1942, diterbitkan di Amerika Serikat tahun 1983 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang berkat jasa pelaut Jepang tahun 1942 Shunzo Tagami, anak buah Komandan Shunsaku Kudo, yang mengoperasikan kapal penghancur (destroyer) Ikazuchi.
Sebelum 1983 informasi kepahlawanan Kudo tidak ada yang mengetahui secara umum. Tapi setelah buku "My Lucky Life" karya Falle muncul dan kemudian dibuat dalam bahasa Jepang, terungkaplah bahwa tentara angkatan laut Jepang khususnya dibawah komandan Kudo yang tingginya 185 cm, dan berat 95 kg itu, pernah menyelamatkan 422 tentara Inggris dan Amerika Serikat yang tenggelam kapalnya di laut Jawa antara Kalimantan dan Pulau Jawa, dekat Surabaya pada saat perang dunia kedua.
Kudo yang mengomandani Ikazuchi mulai November 1940 membawa kapal penghancur itu ke Pulau Jawa. Perang dunia kedua tahun 1942 Jepang berperang melawan sekutu antara lain Inggris, Amerika Serikat dan Belanda.
Tanggal 2 Maret 1942 Kudo melihat 422 pelaut mengapung di laut setelah tiga kapal penghancur, HMS Encounter (Inggris), HMS Exeter (Inggris) dan USS Pope (Amerika Serikat) hancur dihajar Jepang.
Walaupun Kudo tahu mereka adalah musuhnya, tetapi Kudo membantu dan menolong, serta mengangkut semua pelaut musuh itu ke kapalnya.
Bahkan Kudo sempat mengomentari resmi kepada musuhnya, "Kalian adalah tamu kami tentara laut kekaisaran Jepang, Kalian sangat berani. Pemerintah Inggris sangat bodoh membuat perang dengan Jepang."
Setelah ditolong kapal laut Jepang selama 24 jam akhirnya kapal laut rumah sakit Belanda (juga musuh Jepang) datang dan semua pelaut Inggris maupun Amerika ditransfer ke kapal Belanda dan dirawat di sana.
Tahun 1983 setelah buku Falle dibaca Tagami, anak buah Kudo ini mengunjungi Falle dan reuni saling bermaafan serta berterimakasih satu sama lain terjadi di Kota Bath, Inggris. Falle ingin bertemu Kudo karena telah menyelamatkan jiwanya. Tagami juga yang menarik tangan Falle naik ke atas kapal Jepang saat 1942 tersebut.
Tagami mencari tahu dan tahun 2004 Tagami mengabarkan Falle bahwa ternyata Kudo telah meninggal tahun 1979 karena kanker dan kuburannya di Kawaguchi perfektur Saitama, sekitar satu jam berkereta dari Tokyo.
Mereka pun mengunjungi makam Kudo tahun yang sama dan informasi "kehebatan" kemanusiaan komandan Jepang, Kudo, semakin merebak luas di Jepang dan Inggris.
Lalu mengapa Kudo menyimpan rahasia penyelamatannya? Ternyata karena diminta atasan Kudo agar dibiarkan tertutup saja supaya tidak salah pengertian orang lain. Jangan sampai masyarakat umum menganggap Jepang sombong mengungkapkan bantuannya sendiri.
Inilah cara Jepang yang masih kental hingga kini khususnya di kalangan usia 50 tahunan ke atas. Hal-hal positif apa pun, bukan diungkapkan oleh diri sendiri, tetapi dibiarkan orang lain menilai dan mengungkapkannya sendiri.
Namun anak muda Jepang kini memiliki pola pikir berbeda. Untuk popularitas malahan diri sendiri mengumumkan. Namun malah ketahuan bahwa karya ilmiahnya adalah palsu, seperti kasus Doktor Obokata dengan sel Strap nya.
Baca Juga:
Kisah Komandan Jepang Selamatkan Ratusan Musuhnya dalam Perang Dunia II
Jokowi Siapkan Satgas Anti-Money Politics
Bank Asing Linkage Genjot UMKM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar