TEMPO.CO, Bangkok - Sekitar 20 ribu pengunjuk rasa anti-pemerintah Thailand kembali turun ke jalan, sebagai usaha menggulingkan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, Sabtu, 29 Maret 2014. Ini adalah protes terbesar sejak awal Maret, ketika pengadilan memutuskan bila pemilihan umum di Februari lalu tidak valid. Dan demonstrasi besar-besaran itu terjadi sehari sebelum agenda pemungutan suara di Senat. (Oposisi Thailand Bentuk Pemerintahan Sementara).
Pemimpin demonstran, Suthep Thaugsuban mengatakan, masyarakat Thailand tidak lagi ingin dipimpin oleh rezim penindas. "Kami akan menunjukkan kekuatan rakyat kepada pemerintah," ujar Thaugsuban. "Masyarakat tidak akan menerima hasil pemilihan langsung tanpa adanya reformasi." (Akademisi: Pemerintahan Yingluck Berakhir).
Di Taman Lumpini, distrik bisnis Bangkok, puluhan ribu orang melambaikan bendera dan meniup peluit. Mereka pun berjalan ke arah kota tua. "Sebagian besar pendemo melakukan long march dengan damai dan disiplin," kata penasihat keamanan perdana menteri, Paradorn Pattanathabutr. "Setelah serangkaian upacara simbolis, pengunjuk rasa kembali ke basisnya, di Taman Lumpini."
Sementara menurut kepolisian setempat, sebuah granat meledak kala pengunjuk rasa melewati Kantor Kementerian Luar Negeri. Namun tidak ada yang terluka dalam insiden itu. Tak jelas juga siapa yang melemparkan granat tersebut.
Thailand mengalami krisis sejak mantan Perdana Menteru Thaksin Shinawatra, kakak Yingkuck, digulingkan pada kudeta 2006. Pada 2008, Thaksin melarikan diri ke DUbai untuk menghindari hukuman penjara karena tuduhan korupsi. Yingluck sendiri telah bertahan dari serbuan demonstran selama lima bulan. Ia mendapatkan dukungan dari masyarakat pedesaan dan kaum menengah ke bawah. (Yingkuck: Tidak Akan Ada Kudeta Militer di Thailand).
DAILY TIMES | ABC | HERALD SCOTLAND | CORNILA DESYANA
Terpopuler:
Pukuli Anak, Pasangan Malaysia Dipenjara di Swedia
Putin Telepon Obama Bahas Ukraina
Dubes Polandia Serahkan Surat Kepercayaan ke ASEAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar