Kamis, 16 Januari 2014

Berita Internasional - Yahoo Indonesia News: Tokoh Pendemo Thailand Dituding Anti-Orang Asing

Berita Internasional - Yahoo Indonesia News
Dapatkan berita Internasional terkini dari Yahoo News Indonesia. Temukan berita Internasional terbaru, termasuk analisis dan opini tentang berita Internasional populer.The latest international news headlines from Yahoo Indonesia News // via fulltextrssfeed.com 
Compare Hotels

Find great prices for amazing hotels wherever your next destination may be. It's simple to search 100+ sites at once!
From our sponsors
Tokoh Pendemo Thailand Dituding Anti-Orang Asing
Jan 17th 2014, 03:31

TEMPO.CO, Bangkok - Pemimpin demonstran Thailand yang juga tokoh People's Democratic Reform Committee's (PDRC), Seri Wongmontha, dituduh meluncurkan kampanye 'anti-orang asing'. Sebelumnya, ia menjadi pemberitaan karena melontarkan kata-kata kasar selama wawancara dengan seorang jurnalis Barat.

Tudingan itu muncul sejak Selasa sore saat ia berpidato di depan demonstran PDRC yang terkonsentrasi di simpang Asok. Sang jurnalis kemudian mencoba mengkormasi omongannya.

Kutipan dari pidatonya itu diposting di Twitter oleh Patrick Winn, koresponden senior Global Post untuk kawasan Asia Tenggara. Winn menyatakan pemimpin demonstran membelokkan pidato dengan mengeluarkan kata-kata kasar menghujat orang asing di depan umum.

Dalam satu bagian pidatonya, Wongmontha menyatakan bagaimana pandangannya terhadap warga asing. "Apakah mereka pikir kita bodoh? Terbukti orang kulit kuning lebih cerdas daripada orang-orang dengan kulit putih," katanya. "Orang Thailand yang belajar di luar negeri mendapatkan nilai yang lebih baik daripada teman sekelas mereka. Mereka pikir mereka lebih baik dari kita."

Wongmontha adalah seorang aktivis politik terkenal, akademisi, dan presiden kontes kecantikan transgender, Miss International Queen.

Sebelumnya, Wongmantha menjadi buah berita saat mengundang wartawan Channel 4 News Inggris, John Sparks, yang tengah meliput demonstrasi di Ratchaprasong, ke atas panggung. Secara spontan, ia menawarinya sebuah wawancara di depan massa.

Dalam wawancara itu, Sparks menanyakan mengapa demonstran anti-pemerintah meminta pemerintah sementara yang terpilih secara demokratis, Yingluck Shinawatra, harus mundur. Tampak tak suka dengan pertanyaan itu, ia menjawab dengan nada tinggi, "Pemilu adalah proses demokrasi tetapi bukan demokrasi itu sendiri. Ia melanjutkan, "Terpilih tidak berarti bahwa korupsi Anda akan disahkan atau dilegitimasi."

Ia menjadi semakin gusar saat ditanya mengapa PDRC tidak bersedia untuk membiarkan masyarakat memutuskan siapa yang harus menjalankan negara "melalui pemilihan umum yang terbuka".

"Kami tidak memiliki saluran untuk memberitahu orang-orang apa yang terjadi karena pada saat ini, kami tidak memiliki demokrasi. Yang kami miliki adalah kediktatoran parlemen karena Thaksin Shinawatra memiliki sejumlah besar uang dan ia telah membeli begitu banyak konstituen," jawabnya dengan nada tinggi. "Dia membeli banyak gubernur, ia membeli banyak politisi provinsi, ia membeli banyak komite pemilihan, dan ia juga menggunakan skema populis untuk memikat banyak orang untuk mendukung dia."

Sebelum wawancara berakhir, dia tampak seperti sedang memarahi Sparks dan memintanya untuk belajar lebih banyak literatur tentang Thailand.

Dalam blognya, John Sparks menyatakan ide wawancara langsung di panggung Ratchaprasong bukan ide yang baik. Ia menyebut lokasi demonstrasi sebagai "tempat yang paling bermusuhan untuk melakukan wawancara" bagi wartawan asing.

BANGKOK POST | TRIP B

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

Tidak ada komentar:

Posting Komentar