TEMPO.CO, Bangkok - Duta Besar RI untuk Thailand, Lutfi Rauf, memastikan tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban dalam insiden pelemparan bahan peledak yang diduga sebagai granat di Banthatong Road, Bangkok, Jumat, 17 Januari 2014.
»Berdasarkan informasi dari rumah sakit terdekat, jumlah korban terluka sekitar 30 orang. Syukur Alhamdulillah, tidak ada WNI yang jadi korban," kata Lutfi lewat laman Facebook-nya.
Lutfi juga mengimbau WNI di Thailand, khususnya Bangkok, agar tidak mendekati atau berada di tempat-tempat berlangsungnya demonstrasi, khususnya pada malam hari. WNI juga diminta tidak mengenakan pakaian berwarna merah, kuning, hitam, atau simbol-simbol yang diasosiasikan dengan kelompok-kelompok yang bertikai.
Serangan itu terjadi di tengah aksi protes anti-pemerintah yang mencederai 31 orang sekitar pukul 13.00. Peledak yang diduga sebagai granat itu dilemparkan saat pemimpin aksi, Sekjen Komite Reformasi Demokratik Rakyat Suthep Thaugsuban melintasi sebuah gedung tak terpakai di Banthad Thong Road, dekat Tesco Lotus, pusat Kota Bangkok.
Tayangan dramatis itu menunjukkan demonstran berlari masuk ke dalam gedung memburu orang yang melemparkan granat. Polisi mengatakan pelaku masih dalam pencarian.
Hingga pukul 03.18, waktu setempat, Pusat Layanan Darurat Erawan Bangkok melaporkan 31 orang cedera.
Suthep, mantan deputi Perdana Menteri berusia 64 tahun hanya berjarak 100 meter dari ledakan, berhasil selamat tanpa cedera.
Beberapa jam sebelumnya peledak serupa dilemparkan di luar istana bersejarah yang diduduki Gubernur Bangkok Sukhumbhand Paribatra, dan ada juga yang dilemparkan dekat demonstran yang berkemah di Taman Lumpini. Tidak ada korban dalam serangan-serangan tersebut.
Serangan terhadap arak-arakan itu adalah yang pertama kalinya pada siang hari. Beberapa pekan terakhir pola serangan terjadi pada malam hari dan pelakunya mengendarai sepeda motor.
Wisatawan asing diperingatkan untuk menjauhi tempat-tempat demo, tapi media massa Thailand melaporkan sejumlah turis Australia ikut dalam aksi protes menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dan pembatalan pemilu yang diagendakan 2 Februari.
Panglima Angkatan Bersenjata Prayuth Chan-ocha mendesak semua pihak menahan diri dalam krisis yang dikhawatirkan bisa memperpanjang kekerasan.
THE NATION | NATALIA SANTI
Berita Lain
Loyalis Anas: Pemecatan Pasek Blunder Demokrat
Pasek Dipecat sebagai Anggota DPR
Saling Sindir Anas-SBY Sebelum "Perang Buku"
Titik-titik Banjir Jumat Pagi Ini
Ani Yudhoyono: Ini Tustel Pribadi, Paham?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar