TEMPO.CO, Bangkok - Di Thailand, warna kaus menjadi identitas kelompok dalam sebuah unjuk rasa besar. Saat aksi unjuk rasa menggulingkan Thaksin Shinawatra 2005-2006, massa mengenakan kaus kuning. Kaus merah menjadi identitas massa pro-Thaksin.
Kini muncul kelompok lain, massa Kaus Putih. Siapa mereka?
Bangkok Post menyebut Kaus Putih adalah julukan untuk mereka yang pro-pemilu. Sebagian besar dari mereka di masa lalu adalah simpatisan Kaus Merah dari United Front for Democracy against Dictatorship (UDD).
Selain berkaus putih, mereka juga mengadopsi simbol lain, seperi menyalakan lilin di jalan-jalan pada malam hari, dan menyuarakan ide untuk mencegah setiap tindakan yang mengarah pada kudeta.
Dalam aksi terbarunya, mereka mengimbau agar kelompok anti-pemerintah dari People's Democratic Reform Committee (PDRC) menghentikan aksinya yang betajuk Bangkok Shutdown. Menurut mereka, menggelar aksi jalanan hanya akan merepotkan rakyat banyak dan mengganggu aktivitas ekonomi.
Salah seorang simpatisan Kaus Putih yang hanya mengidentifikasi namanya sebagai Gan menyatakan warga Bangkok kini mulai mencemaskan keamanan mereka menyusul aksi unjuk rasa yang digelar sejak 13 Januari. Warga Thong Lor ini juga menyatakan upaya mereka bakal sia-sia, karena agenda mereka telah ditolak beberapa kali.
"Adalah tak bisa diterima dan konyol memaksa orang lain mendukung mereka, sementara semua tahu karena ulah mereka pasar saham rontok," katanya.
Beberapa hari sebelum memulai aksi pelumpuhan Bangkok, PDRC menyatakan tak akan mengusik Bursa Saham. Namun, massa dari Network of Students and People for Reform of Thailand menyatakan tekadnya untuk menduduki bursa dan bandara.
Simpatisan Kaus Putih lainnya, mengidentifikasi diri hanya sebagai Sumalee, menyatakan aspirasi bisa disampaikan tanpa harus melakukan aksi pendudukan. "Hormatilah warga lainnya," katanya.
Ia menyatakan massa Kaus Putih mulai menggalang dukungan melalui situs jejaring sosial. Line adalah salah satu media yang digunakan untuk saling bertukar pesan. "Semua ingin reformasi. Partai juga punya agenda reformasi masing-masing. Biarkan rakyat yang menentukan dalam pemilu Februari nanti," katanya.
BANGKOK POST | TRIP B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar