TRIBUNNEWS.COM – Brasil memang sudah sejak lama menjadi tempat tujuan wisata seksual. Namun yang paling banyak, wisata seksual ini terjadi di Fortaleza, salah satu tujuan wisata utama yang berada di sepanjang pantai di timur laut Brasil.
Tempat ini seolah menjadi surga bagi peminat wisata seksual dengan menawarkan pemandangan indah semisal pantai pasir putih dengan musim panas selama 300 hari penuh. Inilah yang menjadi faktor utama penarik wisatawan menjadikan lokasi ini sebagai tempat tujuan wisata.
Adapun di tempat ini, memiliki faktor pemicu dan pendorong tumbuh suburnya dunia prostitusi terutama pelacuran anak. Cecilia dos Santos Gois, seorang pekerja sosial yang bekerja untuk Yayasan Cedeca, sebuah lembaga amal hak anak-anak mengatakan bahwa di sini tumbuh subur budaya machismo, dikombinasikan dengan adanya kemiskinan ekstrim dan tingginya angka penyalahgunaan narkoba. Hal itu menjadi faktor kuat yang menumbuhkan eksploitasi seksual. (Baca : Mucikari Siap-Siap Memasok Pelacur bagi Turis di Piala Dunia Brasil)
"Perempuan di wilayah timur laut secara tradisional telah diperlakukan sebagai warga kelas dua, mereka juga diperlakukan sebagai objek," katanya. "Tak hanya itu saja, namun banyak dari ayah-ayah mereka yang melihat bahwa anak perempuan mereka bisa dijadikan sumber penghasilan dan itu adalah sikap budaya yang sulit untuk diubah," tambahnya.
Tingginya angka pelaku prostitusi ini dibuktikan dengan banyaknya panggilan telepon yang berasal dari Fortaleza. Panggilan telepon bebas pulsa ini merupakan layanan nasional yang berfungsi untuk melaporkan kejahatan seksual nasional. Menurut para ahli, panggilan telepon dari Fortaleza mendominasi pelaporan praktik prostitusi.
Mereka berpendapat bahwa banyak dari para pekerja seks muda ini, melihat prostitusi sebagai cara untuk keluar dari keadaan mereka yang serba kekurangan atau keluar dari kemiskinan. Namun bagi Jessica (16) seorang PSK muda berbadan tinggi semampai ini, pelariannya itu justu mengantarkannya pada masalah.
Jessica memulai pekerjaannya itu dengan berkencan dengan warga lokal. Ia memeroleh pendapatan hanya beberapa ratus ribu rupiah saja per malam. Namun pendapatannya melonjak hingga jutaan rupiah setelah ia mulai praktik di pusat hiburan malam dan berkencan dengan para turis.
Polisi kemudian menangkapknya pada bulan September lalu. ia ditangkap di sebuah klub di Pantai Iracema, yang memiliki lingkungan ramai yang dikemas dengan balutan sebuah restoran, hotel dan bar.
Polisi kemudian membawanya ke tempat penampungan bagi para pelacur anak di bawah umur. Sayangnya tempat ini tidak begitu manusiawi. Bangunan dua lantai tersebut, berada di sebuah perkampungan kelas bawah. Untuk masuk ke dalamnya, seseorang harus melewati satu pintu sempit dengan gerbang besi. Inilah satu-satunya akses masuk ke bangunan yang dijaga petugas keamanan tersebut. (Baca : Brasil Dinilai Tak Serius Perangi Prostitusi Anak)
Jessica sendiri tengah menunggu keputusan pengadilan apakah ia akan dikembalikan lagi ke orang tuanya atau tidak. (Tribun Jogja/mon)
Baca Juga:
Ahok: Silakan Beli Mobil Sebanyak-banyaknya
Kenapa Nada Suara Jokowi Meninggi?
Indra Sjafri: Saya Tidak Kenal Gavin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar